Senin, 21 September 2015

Romantisme Ranu Kumbolo

Terletak di ketinggian ±2.400 Mdpl, Lumajang Jawa Timur, danau seluas 12 hektare ini dinobatkan sebagai danau kedua tercantik di Indonesia setelah Danau Toba di Sumatera Utara. Danau ini seolah menjadi oase pendaki setelah menempuh perjalanan panjang. Di sinilah tempat pertama para pendaki mendirikan tenda untuk istirahat besar.
Menikmati pemandangan matahari terbenam di danau yang terlihat biru dari ketinggian itu menjadi obat lelah yang begitu manjur. Jika di mendaki pada masa bulan purnama, bonus pemandangan indah pada malam hari sangat sayang untuk dilewatkan. Namun perlu diingat, resort Ranu Kumbolo merupakan jalur angin sehingga pada saat bulan purnama, suhu di Ranu Kumbolo bisa turun hingga -4 derajat selsius.
Di pagi hari, kita akan dibangunkan dengan hangatnya mentari, lagi-lagi pemandangan sunrise yang sangat sayang dilewatkan di danau ini. Sembari mengisi perbekalan air dan mempersiapkan santap pagi sebelum melanjutkan perjalanan, Ranu Kumbolo tak henti memeluk mesrah setiap pengujung yang mengambil airnya. Tak heran, banyak pendaki yang menyebut Ranu Kumbolo sebagai surganya Gunung Semeru. Romantismenya selalu membawa pendaki tak puas hanya sekali mengunjunginya.
Ranu Kumbolo yang ada di ketinggian 2.400 meter dpl ini punya debit air yang cukup stabil sehingga bisa dinikmati sepanjang tahun. Sebagai sumber air tawar yang sangat dibutuhkan pendaki, beberapa larangan pun harus dipatuhi travelers, seperti tidak boleh mandi, buang sampah sembarangan, mencuci peralatan makan dengan detergen, berenang, buang air kecil dan buang air besar di danau agar kebersihannya selalu terjaga.

Apa konsekuensi kalau kamu melarang aturan keras di Ranu Kumbolo ini? Ada ranger yang siap memberikan kamu ganjaran, ataupun pendaki pendaki lain yang siap menghukummu. Hukumannya bermacam-macam. Contohnya, kamu bisa memilih antara berendam selama 2 jam di air sedingin es di Ranu Kumbolo, atau memunguti sampah – sampah yang bertebaran di sana. Nah, oleh karena itu, sebaiknya kamu tidak melanggar peraturan di sini, travelers. Karena peraturan dibuat untuk kebaikan bersama dan menjaga agar Ranu Kumbolo senantiasa terjaga kebersihannya.

Di area ini juga terdapat juga Prasasti Kumbolo yang konon menjadi peninggalan Kerajaan Kediri serta arca (arcopodo) yang konon menjadi peninggalan masa Kerajaan Majapahit sehingga umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun. Bisa dibayangkan ya kalau dulu orang-orang Majapahit juga suka berkelana hingga ke kawasan danau ini.

Tips mendaki Ranu Kumbolo

Sebelum melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo, ada baiknya kamu mempersiapkan fisik yang prima terlebih dahulu dengan melakukan olahraga rutin seperti jalan cepat ataupun berlari selama 60 menit setiap hari. Karena pendakian selama 4-6 jam dapat membuat kakimu ‘kaget’ dan ini dapat menyebabkan kram ataupun gangguan otot lainnya. Belum lagi, kamu harus membawa beban perbekalan di punggung, menuntutmu untuk punya kesiapan fisik yang ekstra.

Di Ranu Pane, kamu juga akan diminta bukti kesiapan fisik berupa surat keterangan sehat dari dokter, jadi sebaiknya siapkan sebelum mendaki, ya. Nggak lucu, kan kalo kamu udah siap dengan peralatan lengkap dan tiba di Ranu Pane, namun ditolak oleh petugas karena kamu tak memiliki surat keterangan sehat tersebut. Siapkan juga fotokopi KTP atau identitas lain yang berlaku, karena ini akan diminta oleh petugas pendaftaran di Pos Ranu Pane.

Tak perlu membawa pakaian terlalu banyak saat mendaki Ranu Kumbolo, yang terpenting adalah pakaian tersebut dapat melindungimu dari udara dingin, karena suhu di Ranu Kumbolo, terutama saat malam hari dapat mencapai hanya beberapa derajat celcius yang dapat membuatmu beku.

Perbekalan juga tak perlu membawa terlalu banyak, cukup bawa bekal makanan secukupnya, dan snack cokelat ataupun snack berenergi lain dan air putih yang cukup untuk dikonsumsi selama kamu dalam perjalanan mendaki. Membawa daging ataupun ikan yang telah dibumbui juga ide yang bagus, sehingga di Ranu Kumbolo nanti kamu hanya perlu untuk memanggang/membakarnya saja setelah mendirikan tenda. Wah, makan daging/ikan bakar di tengah udara dingin Ranu Kumbolo? Kedengerannya aja udah lezat ya!

Salah satu lagi yang terpenting adalah, siapkan kantong untuk menampung sampah-sampahmu, travelers. Dan jangan lupa untuk dibawa lagi saat kamu turun ke Ranu Pane, karena di sana disediakan tempat pembuangan sampah khusus. Jadilah pendaki yang bertanggung jawab dengan tidak merusak, dan ikut menjaga kebersihan.

Untuk memudahkan mendapatkan informasi, Dinas Kebudayaann Pariwisata Telah membuat Pusat Informasi Pariwisata Lumajang yang terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) Lumajang Telp. 0334-891418 e-mail: pariwisata_lmj@yahoo.com para wisatawan juga dapat melihat dan mengetahui jenis-jenis paket wisata yang ada di Kabupaten Lumajang.

BAGI TAKJIL GRATIS

Assalamualaikum Cacak & Yuk! kegiatan yang kami lakukan di bulan ramadhan 1436H yaitu membagikan Takjil Gratis berupa es buah di Pertigaan wonorejo pada hari minggu (28 Juni 2015) di pertigaan wonorejo, acara ini berlangsung dengan lancar, Alhamdulillah, semoga berkah apa yang kita perbuat di Bulan Rmadhan! #wearecacakyukLMJ !!!! salam gedang sak lirang!







RAPAT KERJA 2015

Assalamualaikum Cacak & Yuk! Pada tanggal 2-3 mei 2015 kemarin telah dilaksanakan Rapat dalam menyusun Program Tahunan yang diadakan Duta Wisata Lumajang dalam masa bakti satu tahun, kegiatan Rapat kerja ini berlangsung Khidmat, meskipun ada agenda yang tidak terlaksana dikarenakan hujan, tetapi kegiatan dapat berlangsung dengan lancar, kegiatan dimulai dari sambutan pengelola objek wisata dan dilanjutkan presentasi masing-masing Program Kerja, Rapat dimulai pukul 15:00 -23:00 dengan menimbang dan memahami masukan dari masing-masing Program Kerja yang diajukan maka diambil jalan Musyawarah untuk mencapai Mufakat dalam akhir acara,
ucapan terima kasih yang tak terbundung kami ucapkan kepada pengelola objek wisata Agrowisata Pasrujambe yang telah mendukung penuh kegiatan RAPAT KERJA 2015,

Suasana pengajuan program kerja



Menikmati Durian Mojang, di penundaan rapat, Durian Mojang merupakan varietas baru di Lumajang, Mojang diambil dari singkatan Montong Khas Lumajang, Duriannya bisa mencapai berat 20kg, dagingnya tebal dan rasanya manis

Menikmati Durian Mojang, di penundaan rapat, Durian Mojang merupakan varietas baru di Lumajang, Mojang diambil dari singkatan Montong Khas Lumajang, Duriannya bisa mencapai berat 20kg, dagingnya tebal dan rasanya manis

Suasana makan malam di sela kegiatan Rapat Kerja
Sidang dimulai kembali dengan pembacaan Program Kerja
 
Musyawarah dalam mencapai mufakat

Musyawarah dalam mencapai Mufakat
Kunjungan wisata dan refleksi di esok harinya setelah kegiatan Sidang





Bagi-bagi Peralatan Sekolah di Daerah Sekitar Objek Wisata [SAFARI RAMADHAN]



Pada tanggal 25 juli 2015 yang lalu, Cacak & Yuk Kabupaten Lumajang telah melaksanakan salah satu program kerja di tahun 2015 diantaranya bakti sosial yang kami adakan di daerah sekitar objek wisata, ada beragam kegiatan yang kami lakukan disana, seperti berbagi pengalaman tentang Duta Wisata, sedikit ilmu tentang peduli lingkungan dan juga Pertanyaan Seru yang membuat suasana bakti sosial semakin asik. adpun dana yang kami gunakan untuk kegiatan ini dikumpulkan dari seluruh keuntungan yang kami peroleh dari penjualan takjil selama bulan Ramadhan.

 kegiatan hari itu berlangsung meriah dan antusiasme warga sekitar sangat mendukung terselenggaranya kegiatan ini, terbukti dengan ikut andilnya masyarakat sekitar yang tergabung dalam karang taruna dan kelompok sadar wisata (POKDARWIS) Tumpak Sewu Semeru yang telah banyak membantu terselenggaranya kegiatan tersebut.

sebisa mungkin kami terus berusaha untuk tanah Cita-cita bersama menuju Kabupaten lumajang yang Kita Inginkan! Salam Gedang sak Lirang!!


Rabu, 16 September 2015

Goa Tetes, Tetesan Yang Tak Pernah Kering



Goa tetes kini sudah ditetapkan menjadi salah satu obyek wisata andalan Lumajang. Terletak di Desa Sidomulyo Kecamatan Pronojiwo sekitar 55 km ke arah selatan jurusan Malang. Untuk sampai disana pengunjung bisa menggunakan transportasi darat, dengan angkutan bus atau MPU.



Meskipun musim kemarau panjang, dalam goa ini keajaiban tetesan airnya masih saja terjadi, selain itu keunikan lainnya adalah banyak orang meyakini bahwa Goa Tetes menyimpan misteri. Pasangan suami istri yang datang kesana, ketika bermasalah bisa rujuk kembali. Keunikan ini bisa saja terjadi karena orang akan di ajak untuk menyadari makna-makna di balik keajaiban Tuhan atas goa yang berbentuk bebatuan warna warni berupa stalagmite.




Untuk sampai ke Goa Tetes tidaklah mudah, harus berjalan kaki melewati medan yang cukup berat dengan kemiringan jurangnya yang sangat tajam. Tapi sekarang medan itu dapat ditempuh dengan cepat setelah dibangun tangga-tangga permanen yang sangat aman bagi mereka yang menuruni tebing Goa Tetes.


Untuk memudahkan mendapatkan informasi, Dinas Kebudayaann Pariwisata Telah membuat Pusat Informasi Pariwisata Lumajang yang terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) Lumajang Telp. 0334-891418 e-mail: pariwisata_lmj@yahoo.com para wisatawan juga dapat melihat dan mengetahui jenis-jenis paket wisata yang ada di Kabupaten Lumajang.

Sabtu, 12 September 2015

Gucialit, Desa Dingin Penghasil Teh Kualitas Ekspor

Apa yang anda pikirkan ketika berbicara Gucialit? jika kita artikan Gucialit berasal dari dua kata,. .yaitu Guci yang berarti Tempat menyimpan air "kendi", dan Alit yang berarti Kecil dalam bahasa jawa, menurut pemuda setempat dinamakan begitu dikarenakan terdapat sebuah guci kecil yang tidak ada habisnya mengeluarkan air. tidak hanya itu, di Desa Gucialit terdapat PTPN XII KERTOWONO dengan komoditi andalan Berupa teh, ada tiga jenis teh yang dihasilkan disini, diantaranya, teh hijau, teh hitam dan teh putih.
puncak manggis
bagi yang berjiwa petualang bisa menginap di puncak manggis sambil memandangi atap yang bergambarkan galaksi bima sakti dan beralaskan Permadani Hijau kebanggan Negri!
turun dari Puncak Manggis kita akan disambut oleh keindahan Air Terjun Semingkir


tidak hanya bisa melihat aktifitas pemetik teh, kita juga bisa mempelajari bagaimana teh itu diolah, hingga pengemasan dan sampai di toko-toko dan dijual bebas, terdapat pula Vila untuk menginap bagi keluarga yang ingin menikmati Wisata alam Gucialit dengan lebih Eksklusif
Pengolahan Teh

dan tidak hanya melihat prosesnya kita bisa langsung menikmatinya  di area pabrik, kita juga diperkenankan membawa pulang teh hitam untuk oleh-oleh keluarga di rumah.  jadi tunggu apa lagi? Ayo datang ke Lumajang! 

VIDEO TEASER DESA WISATA GUCIALIT


Untuk memudahkan mendapatkan informasi, Dinas Kebudayaan Pariwisata Telah membuat Pusat Informasi Pariwisata Lumajang yang terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) Lumajang Telp. 0334-891418 e-mail: pariwisata_lmj@yahoo.com para wisatawan juga dapat melihat dan mengetahui jenis-jenis paket wisata yang ada di Kabupaten Lumajang.

Jumat, 11 September 2015

Hutan Bambu, Istana Kalong dan Kera

Jawa Timur memiliki objek wisata yang sangat menarik dan beraneka ragam, temasuk juga Wisata Hutan Bambu di Lumajang . Pilihan wisata yang menawakan pemandangan ini menarik untuk dikunjungi karena pengunjung bisa menikmati suasana asri nan sejuk.
Pintu Masuk Hutan Bambu
Obyek Wisata Hutan Bambu berletak di sebuah desa yang berada di lereng Gunung Semeru, yaitu Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, kab. Lumajang , Kawasan hutan bambu yang memiliki luas sekitar 14 hektare ini berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Lumajang dapat di tempuh dengan kendaraan pribadi baik roda 2 maupun roda 4.

Hutan Bambu Sumbermujur ini terlihat elok dan sama sekali tidak ada kesan angker seperti jika anda mendengarnya. Areal sekitarnya terasa sejuk sepanjang hari. Selama di dalam Pengunjung dijamin tidak akan terkena sengatan sinar matahari, meski datang siang hari bolong yang panas. Sorotan matahari bisa diredam oleh daun – daun bambu yang rimbun. Memasuki hutan bambu ini bak menyeruak sebuah terowongan raksasa.
Hutan Bambu
Sepanjang hutan bambu, anda dapat melihat ratusan kera – kera jinak. Wisatawan pun bisa berinteraksi seperti memberikan makanan. Tak hanya itu, para pengunjung juga bisa melihat ribuan ekor kalong atau kelelawar yang bergelantungan di pohon-pohon bambu dan pohon sekitarnya. Hal ini juga bisa menjadi media pendidikan terhadap anak anda.

Lingkungan setempat yang masih alami ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, khususnya bagi mereka warga kota yang mengidamkan sebuah lingkungan yang natural tanpa polusi. Untuk memasuki obyek Wisata Hutan Bambu ini, pengunjung tidak dipungut tiket masuk alias gratis. Namun untuk biaya konservasi hutan bambu ini, pihak Desa sumbermujur hanya menarik iuran dari pedagang yang berjualan di sekitar obyek wisata tersebut.
Sumber Air yang Terjaga
Untuk memudahkan mendapatkan informasi, Dinas Kebudayaann Pariwisata Telah membuat Pusat Informasi Pariwisata Lumajang yang terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) Lumajang Telp. 0334-891418 e-mail: pariwisata_lmj@yahoo.com para wisatawan juga dapat melihat dan mengetahui jenis-jenis paket wisata yang ada di Kabupaten Lumajang.

Legenda Gunung Semeru

Siapa yang tidak mengenal gunung semeru di Kabupaten Lumajang, gunung dengan tinggi 3676 mdpl ini merupakan salah satu primadona pendaki. Tapi siapa yang menyangka bahwa gunung tertinggi di Pulau Jawa ini memiliki legenda yang tidak banyak orang tau. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Gunung Semeru (Mahameru) 3676 mdpl
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

Gunung Semeru di antara saudara-saudaranya
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.

Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci. 

Sekarang sudah tau kan asal muasalnya?.Banggalah menjadi bagian dari LUMAJANG, Jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi, SALAM PARIWISATA!.

Jaran Slining, Kolaborasi Unik Kuda dengan Pawangnya

Etnis di Kabupaten Lumajang dikenal dengan nama “Pendalungan”.Etnis ini lahir dari akulturasi budaya Jawa dan Madura yang menghasilkan corak budaya khas Lumajang dengan unsur budaya Jawa dan Madura yang masih melekat di dalamnya. Dalam budaya pendalungan muncul etnik budaya yang didominasi oleh alat musik danglung yaitu sebuah kentongan dari kayu nangka. Pendalungan juga melahirkan lima seni tari khas yang tetap lestari di tengah hiruk pikuk modernisasi masyarakat, yaitu Jaran Kencak, Godril Lumajangan, Jaran Slining, Gelipang Rodat, dan Topeng Kaliwungu. Selain terkenal dengan Kota Pisang, Lumajang juga terkenal dengan kesenian Jarannya. Jaran atau kuda ini menjadi ikon Kabupaten Lumajang pada saat peringatan Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ataupun kegiatan kesenian lainnya. Salah satu kesenian yang unik dan menarik dari Kota Pisang ini adalah Jaran Slining. Seni tari dengan ritme musik yang cepat ini seringkali menjadi hiburan pada acara hajatan di berbagai kalangan masyarakat.
Jaran Slining dan pawang
Jaran Slining Lumajang
Aset Lumajang yang merupakan turunan dari Jaran Kencak ini memiliki irama rancak tanpa gerakan pakem. Lahir dari masyarakat bawah, Jaran Slining menjadi hiburan yang digemari masyarakat pada masa itu. Para petani menggunakan anyaman dari bambu untuk membuat jaran atau kuda. Satu orang menunggangi kuda dan satu orang pengencak dengan membawa pecut atau sapu lidi adalah sepasang penari dalam Jaran Slining. Keduanya menari mengikuti irama musik seronen. Musik yang terdiri dari alat musik gong, gendang dan danglung ini mengalun mengiringi sepasang penari yang mengembangkan gerak tari secara bebas atau sesuai kreativitasnya. Gerakan dalam tarian ini merupakan apresiasi dari manusia yang menunggangi kuda karena dahulu kuda menjadi alat transportasi utama dan menunggang kuda adalah olahraga yang digemari masyarakat. 
Jaran Slining On The Stage

Describe Jaran Slining In One Word.............
Pengencak menggunakan topi (kopyah) yang agak tinggi, namun seiring berkembangnya kreativitas seni, kopyah pada pengencak diganti dengan aksesoris kepala berbentuk setengah lingkaran dengan warna yang beragam atau aksesoris lainnya yang menambah kesan ceria pada pengencak. Jaran Slining menjadi semakin semarak dan menarik dengan pakaian para penari yang didominasi oleh warna merah, hijau, kuning, dan warna-warna mencolok lainnya. Warna-warna ini sesuai dengan budaya masyarakat Madura yang cenderung pada warna mencolok. Melambangkan keberanian, kelembutan, dan keceriaan warna pakaian dalam Jaran Slining dipilih karena sesuai dengan tujuan tarian ini. Dibalut berbagai aksesoris baik pada jaran atau penunggang, Jaran Slining menjadi hiburan yang menyenangkan. Kesenian yang dahulu hanya menghibur masyarakat petani kemudian berkembang dan lestari di tengah lapisan masyarakat Lumajang.



Pesona Budaya Suku Tengger di Lumajang

Suku Tengger adalah suku yang bermukim di sekitar Gunung Bromo, dimana Gunung Brahma (Bromo) ini milik 4 kabupaten. Selain di Bromo, suku ini juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku jawa. Orang- orang Tengger yang diyakini sebagai keturunan asli Majapahit ini mayoritas menganut agama Hindu. namun saat ini sudah banyak yang menganut Islam. Menurut wawancara yang dilakukan dengan penduduk setempat, jumlah perbandingan antara penganut Hindu dengan Islam kira-kira 50:50. Meskipun ada perbedaan agama antara Suku Tengger, tetapi mereka bisa hidup berdampingan saling menghormati satu sama lain. Bahkan mereka dengan rukun menjalankan adat istiadat suku secara bersama-sama.

Kata “Tengger” berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Bahasa yang digunakan oleh Suku Tengger di Desa Argosari adalah bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan bahasa Suku Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Penggunaan bahasa suku ini hampir sama dengan bahasa Jawa pada umumnya, hanya saja huruf "o" dibaca dengan huruf "a". Misalnya kata "niko" (itu) diucapkan dengan kata "nika", "monggo" (silahkan) diucapkan dengan kata "mangga", begitupun juga dengan kata lainnya.. Mata pencaharian mereka antara lain petani sayur kembang kol, bawang prei, dan kentang.

Dalam kehidupan sehari-hari, suku Tengger hidup berselaras dengan alam. Mereka tetap menjaga kesakralan Gunung Bromo dengan tidak merusak lingkungan, bersikap baik, dan memegang teguh adat istiadat. Orang Tengger meyakini bahwa alam akan mendatangkan bencana jika kehidupan selaras ini tidak lagi berjalan. Kepercayaan inilah yang membuat masyarakat di sekitar Gunung Bromo dapat hidup rukun dengan penduduk lain yang memiliki keyakinan berbeda. 

Ciri Khas masyarakat Suku Tengger dapat dilihat dari cara berpakaiannya. Cara berpakaian masyarakat Tengger sama dengan masyarakat pada umumnya. Namun ada ciri khusus yaitu Masyarakat Tengger selalu memakai sarung yang dipakai dipundak ke manapun mereka pergi. Cara berpakaian mereka yang seperti ini menjadikan suku ini mudah dikenali dimanapun mereka berada. “Tiang Tengger” atau Orang Tengger telah mengenal sarung sejak turun temurun. Berikut ini adalah 7 cara memakai sarung ala penduduk Tengger:
  1. Kekaweng: Sarung dilipat dua kemudian disampirkan ke pundak bagian belakang dan kedua ujungnya diikat menjadi satu.Cara bersarung seperti ini digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang membutuhkan keleluasaan bergerak seperti ke pasar dan mengambil air. Jika bertamu atau melayat tidak diperkenankan bersarung kekaweng.
  2. Sesembong: Dipakai dengan cara dilingkarkan ke pinggang kemudian diikat di antara dada dan perut agar tidak mudah lepas. Biasa digunakan ketika melakukan pekerjaan yang lebih berat seperti berladang.
  3. Sempetan (atau sempretan dalam bahasa Jawa): Sarung dikenakan seperti biasa dan dilipat di bagian pinggang. Digunakan untuk menunjukkan soan santun ketika sedang bertamu.
  4. Kekemul: Ketika sedang bersantai atau sekedar berjalan-jalan, sarung dipakai di badan. Bagian atas dilipat untuk memutupi kedua tangan dan digantungkan di bahu.
  5. Sengkletan: Ketika bepergian dan ingin terlihat rapi, sarung disampirkan di bahu secara terlepas atau bergantung menyilang pada dada.
  6. Kekodong: Jika sedang berkumpul di upacara adat atau keramaian lain di malam hari, sarung dikerudungkan sampai menutup seluruh bagian kepala dan diikat di bagian belakang kepala sehingga yang terlihat hanya mata saja.7. 
  7. Sampiran: Anak-anak muda Tengger juga punya cara bersarung lho! Kain disampirkan di bagian atas punggung, kemudian kedua lubangnya dimasukkan pada bagian ketiak dan disangga ke depan dengan kedua tangan.(Sumber: KIM Sinar Harapan)
Warga Tengger bersarung yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar Argosari. Desa Argosari Kabupaten Lumajang memiliki pemandangan alam dan suasana yang khas. Oleh karenanya sangat cocok sebagai tempat piknik. Selain itu, Desa Argosari Kabupaten Lumajang juga sangat cocok untuk dijadikan wisata budaya 

Serpihan Surga itu bernama, Tumpak Sewu Semeru

Berjarak 50 km dari pusat kota Kabupaten Lumajang, dapat ditempuh dengan 2 jam perjalanan, terletak di Desa Sido Mulyo, Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang, sebuah Wisata alam laksana sepihan surga yang diturunkan langit, inilah Tumpak Sewu Semeru!!!
Panorama Tumpak Sewu Semeru
Akses perjalanan sangat mudah dan dapat ditempuh mobil, sepanjang perjalanan kita dapat menikmati pemandangan alam yang tak kalah indahnya,
jalur lintas pronojiwo - dampit
tiket masuknya hanya Rp.5.000 anda dapat melihat Air terjun Niagara tanpa harus ke Amerika. waktu yang tepat untuk berkunjung kesini adalah sampai pukul 09:00 karna minimnya kabut, tidak disarankan turun kebawah saat hujan deras, karna biasa terjadi banjir besar di aliran sungai, disebabkan aliran sungai ini sebagai jalan lahar dingin dari kawah Gunung Semeru. 

jangan lupa untuk membeli merchandise berupa kaos, gantungan kunci, gelang, kerajinan tangan berupa ukiran kayu, kembang, hingga akik sebagai oleh-oleh untuk keluarga. Budayakan untuk memberdayakan penduduk lokal agar ekonomi warga sekitar dapat terangkat.

Tipsnya yang pertama memakai baju outdoor. Memakai sandal atau sepatu gunung akan sangat membantu. Kalau ramai-ramai lebih aman dengan membawa tali. Pakaian yang leluasa dan juga pakaian ganti karena kemungkinan besar basah-basahan. Bawalah juga kresek plastik untuk menghindarkan alat elektronik anda dari ancaman air. bawalah juga baju ganti, dan peralatan P3K

Tips kedua disarankan pergi bersama guide. Jalan menuju lokasi dan medan berkelok-kelok bikin pusing. Sangat disarankan bersama teman yang sudah pernah. Kalau bingung bisa tanya warga sekitar atau pengunjung lain. Atau, kita  dapat menyewa jasa guide untuk dapat paket wisata nyaman, aman, dan tidak ribet. Homestay, hotel, dan restoran tersedia tak jauh dari lokasi.
Tumpak Sewu Semeru dari bawah


Air yang jatuh bebas dari tebing seperti Tirai yang menggambarkan tentabng keagungan Tuhan, sehingga kita hanya tampak kecil dihadapanya, bersukurlah kami Engkau hadirkan serpihan Surga di BumiMu, semoga kami dijadikan HambaMu yang selalu Bersyukur, Amien.

Selasa, 08 September 2015

SAPTA PESONA, unsur penting yang harus dimiliki Destinasi Wisata


Sapta pesona merupakan sebutan bagi 7 unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di indonesia. Sapta Pesona terdiri dari:

  1. Aman.
  2. Tertib.
  3. Bersih.
  4. Sejuk.
  5. Indah.
  6. Ramah.
  7. Kenangan.


Logo Sapta pesona


1. Aman (Keamanan).
Tujuan: menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya.
Bentuk Aksi:

  • Tidak mengganggu wisatawan.
  • Menolong dan melindungi wisatawan.
  • Bersahabat terhadap wisatawan.
  • Memelihara keamanan lingkungan.
  • Membantu memberi informasi kepada wisatawan.
  • Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular.
  • Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.

2. Tertib (Ketertiban)
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu nenberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.
Bentuk Aksi:

  • Mewujudkan budaya antri.
  • Memelihara lingkungandengan mentaati peraturan yang berlaku.
  • Disiplin/tepat waktu.
  • Serba teratur, rapi dan lancar.
  • Seua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat menunjukkan keteraturan yang tinggi.

3. Bersih (Kebersihan)
Tujuan: Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan.
Bentuk Aksi:

  • Tidak membuang sampah/limbah sembarangan.
  • Turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan daya tarik wisata.
  • Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis.
  • Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih.
  • Pakaian dan penampilan petugas yang bersih dan rapi.

4. Sejuk (kesejukan)
Tujuan: menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.
Bentuk Aksi:
  • Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon.
  • Memelihara penghijauan di daya tarik wisata serta jalur wisata.
  • Menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, restoran, alat transportasi dan tempat lainnya.


5. Indah (Keindahan)
Tujuan: Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.
Bentuk Aksi:

  • Menjaga keindahan daya tarik wisata dalam tatanan yang harmoni dan alami.
  • Menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib, dan serasi serta menjaga karakter lokal.
  • Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural.

6. Ramah (Keramah tamahan)

Tujuan: Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

Bentuk Aksi:

  • Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan.
  • Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan.
  • Para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji.
  • Menampilkan senyum dan keramahtamahan yang tulus.

7. Kenangan.
Tujuan: menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk berkunjung ulang.
Bentuk Aksi:

  • Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal.
  • Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik.
  • Menyediakan cenderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa.

Selamat Berkunjung! Salam Budaya Salam Pariwisata!
 
Copyright © 2014 Cacak & Yuk Lumajang