Jumat, 11 September 2015

Jaran Slining, Kolaborasi Unik Kuda dengan Pawangnya

Etnis di Kabupaten Lumajang dikenal dengan nama “Pendalungan”.Etnis ini lahir dari akulturasi budaya Jawa dan Madura yang menghasilkan corak budaya khas Lumajang dengan unsur budaya Jawa dan Madura yang masih melekat di dalamnya. Dalam budaya pendalungan muncul etnik budaya yang didominasi oleh alat musik danglung yaitu sebuah kentongan dari kayu nangka. Pendalungan juga melahirkan lima seni tari khas yang tetap lestari di tengah hiruk pikuk modernisasi masyarakat, yaitu Jaran Kencak, Godril Lumajangan, Jaran Slining, Gelipang Rodat, dan Topeng Kaliwungu. Selain terkenal dengan Kota Pisang, Lumajang juga terkenal dengan kesenian Jarannya. Jaran atau kuda ini menjadi ikon Kabupaten Lumajang pada saat peringatan Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ataupun kegiatan kesenian lainnya. Salah satu kesenian yang unik dan menarik dari Kota Pisang ini adalah Jaran Slining. Seni tari dengan ritme musik yang cepat ini seringkali menjadi hiburan pada acara hajatan di berbagai kalangan masyarakat.
Jaran Slining dan pawang
Jaran Slining Lumajang
Aset Lumajang yang merupakan turunan dari Jaran Kencak ini memiliki irama rancak tanpa gerakan pakem. Lahir dari masyarakat bawah, Jaran Slining menjadi hiburan yang digemari masyarakat pada masa itu. Para petani menggunakan anyaman dari bambu untuk membuat jaran atau kuda. Satu orang menunggangi kuda dan satu orang pengencak dengan membawa pecut atau sapu lidi adalah sepasang penari dalam Jaran Slining. Keduanya menari mengikuti irama musik seronen. Musik yang terdiri dari alat musik gong, gendang dan danglung ini mengalun mengiringi sepasang penari yang mengembangkan gerak tari secara bebas atau sesuai kreativitasnya. Gerakan dalam tarian ini merupakan apresiasi dari manusia yang menunggangi kuda karena dahulu kuda menjadi alat transportasi utama dan menunggang kuda adalah olahraga yang digemari masyarakat. 
Jaran Slining On The Stage

Describe Jaran Slining In One Word.............
Pengencak menggunakan topi (kopyah) yang agak tinggi, namun seiring berkembangnya kreativitas seni, kopyah pada pengencak diganti dengan aksesoris kepala berbentuk setengah lingkaran dengan warna yang beragam atau aksesoris lainnya yang menambah kesan ceria pada pengencak. Jaran Slining menjadi semakin semarak dan menarik dengan pakaian para penari yang didominasi oleh warna merah, hijau, kuning, dan warna-warna mencolok lainnya. Warna-warna ini sesuai dengan budaya masyarakat Madura yang cenderung pada warna mencolok. Melambangkan keberanian, kelembutan, dan keceriaan warna pakaian dalam Jaran Slining dipilih karena sesuai dengan tujuan tarian ini. Dibalut berbagai aksesoris baik pada jaran atau penunggang, Jaran Slining menjadi hiburan yang menyenangkan. Kesenian yang dahulu hanya menghibur masyarakat petani kemudian berkembang dan lestari di tengah lapisan masyarakat Lumajang.



1 komentar :

  1. tahun kapan jaran slining ada di lumajang? terkenal tapi sejarahnya kurang detail. tolong diperjelas lagi

    BalasHapus

 
Copyright © 2014 Cacak & Yuk Lumajang