Makna kata "Pandhalungan" yang diberikan oleh Prawiroatmodjo (1985) dalam Bausastra Jawa-Indonesia II. Menurutnya, secara etimologis Pandalungan berasal dari dasar bahasa jawa dhalung yang berarti "periuk besar". Dalam Konsep Simbolik Periuk besar bisa didefinisikan sebagai tempat bertemunya beramacam masyarakat yang berbeda etnis dan kebudayaan kemudian saling berinteraksi dalam ruang dan waktu sehingga melahirkan varian baru kebudayaan yang disebut pandhalungan.
Terbentuknya Pandhalungan menimbulkan kesenian yang berkulturasi sehingga dinamakan juga dengan musik danglung . Musik danglung berkembang di lumajang setelah migrasinya suku madura yang berakulturasi dengan suku jawa di lumajang. sehingga terdapat perpaduan gending jawa dan madura antara lain Gong, Kenong Telok, Kendang, Sronen, kenthongan dan percampuran kesenian seperti saron, rebana, dan jidor. alat musik danglung berirama rancak dan biasanya mengiringi tari glipang, tari topeng kaliwungu, tari jaran slining, dan kesenian jaran kencak.
Musik danglung juga pernah di mainkan pada kegiatan Internassional sekelas BEDOG ART FESTIVAL yang diselenggarakan di Jogja yang dibawakan oleh CIO INDONESIA dan meraih The Best Performance, penampilan danglung kala itu memukau tamu dari mancanegara seperti Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia. Sukses terus Danglung Lumajang! Salam Lestari!
Posting Komentar